FIRA OS
Gempuran smartphone merek luar
seperti Samsung, LG, Sony, dan lainnya di Indonesia tidak menyurutkan niat PT. Fira Makmur Indonesia untuk mengembangkan sebuah ROM
buatan lokal. Menurut Dian Kurniadi, selaku komiasaris dan Co-Founder dari PT.
Fira Makmur Indonesia, Fira OS adalah jawaban Indonesia terhadap ROM dari luar
negeri. Fira OS merupakan sebuah ROM Android yang dikembangkan di atas Android
versi 5.1 atau yang dikenal dengan sebutan Lollipop. Spesifikasi hardware
minimum yang diperlukan Fira OS adalah prosesor dengan kecepatan 1,2 GHz dan
RAM 1GB. Sayangnya saat ini Fira OS belum bisa dinikmati secara publik. “Saat
ini Fira OS belum bisa digunakan secara umum, karena kami ingin setiap pengguna
Fira OS nantinya mendapatkan pengalaman yang baik,” jelas Roberto Setiabudi
Hartono, selaku CEO PT. Fira Makmur Indonesia.
Ya, alasan utama mengapa Fira OS
belum bisa dinikmati oleh publik adalah karena ROM ini baru dikembangkan untuk smartphone
Polytron, mitra pertama Fira OS.
Smartphone
Polytron yang telah menggunakan Fira OS Akhir Januari lalu, produsen smartphone
lokal Polytron meluncurkan lima varian smartphone Zap 6 sekaligus, yaitu
Posh Note, Posh, Note, Cleo, dan Power. Kelima varian tersebut diluncurkan
dengan ROM Fira OS. Jadi bisa dibayangkan sudah ada berapa banyak smartphone
yang telah menggunakan Fira OS.
Mulai
dari akses pulsa, sistem pembayaran, sampai siaran TV
Tampilan
antarmuka Fira OS
Proyek kode sumber Android (AOSP)
memberi keleluasaan bagi developer untuk mengembangkan berbagai fitur di dalam
ROM yang mereka buat. Lalu fitur apa saja yang terdapat di dalam Fira OS?
Tampilan
informasi sisa saldo pulsa di menu notifikasi
Fitur pertama yang ditonjolkan dari
Fira OS adalah kemampuan untuk mengetahui sisa saldo pulsa dengan mudah.
Pengguna tinggal mengakses menu notifikasi dengan menggeser layar dari atas ke
bawah. Di bagian pojok kiri atas menu notifikasi tersebut akan langsung tertera
sisa saldo pulsa kamu. Dian mengklaim bahwa fitur ini telah mendukung semua
operator seluler di Indonesia.
Fitur kedua adalah aplikasi Fira
Store. Ini bukan toko aplikasi, melainkan sebuah aplikasi yang dapat memudahkan
pengguna Fira OS untuk membeli berbagai jenis pulsa. Pulsa telepon, pulsa
listrik, sampai voucer game online pun bisa dibeli langsung melalui Fira
Store.
Ketiga adalah Fira Pay. Ini merupakan
jawaban dari Fira OS untuk menantang sistem pembayaran mobile lain
seperti Samsung Pay, Apple Pay, dan bahkan Android Pay. Secara singkat, cara
kerja Fira Pay serupa dengan layanan pembayaran lain. Pengguna perlu memasukkan
informasi kartu kredit mereka terlebih dahulu. Setelah itu, fitur ini baru bisa
digunakan untuk melakukan transaksi online maupun offline
langsung dari smartphone mereka.
Tiga fitur tersebut menjadi hal utama
yang ditonjolkan oleh Fira OS saat ini. “Hal yang menarik dari Fira OS
dibandingkan ROM yang lain adalah kami telah mengembangkan fitur-fitur yang
sesuai dengan kebutuhan orang Indonesia,” ungkap Dian menjelaskan kelebihan
dari Fira OS. Fitur lain yang akan muncul dalam waktu dekat adalah aplikasi
Soccer TV. Fira OS telah bekerja sama dengan salah satu saluran TV untuk
memberikan tayangan bola eksklusif yang hanya bisa dinikmati di Fira OS.
Saya sudah sempat mencoba langsung
Fira OS. Dari segi antarmuka, Fira OS bisa dibilang telah berhasil
mengembangkan ciri khas mereka sendiri. Fitur-fitur dasar seperti dukungan
terhadap jaringan 4G LTE, NFC, hotspot, dan lainnya juga sudah tersedia
di dalam Fira OS. Fitur yang diberikan Fira OS memang tidak terlalu banyak
untuk untuk saat ini. Hal itu karena pada fase pertama, fokus pengembangan dari
Fira OS adalah antarmuka dari ROM tersebut. Fase berikutnya adalah
mengembangkan lebih banyak aplikasi yang telah didesain khusus untuk pengguna
Indonesia dan dukungan terhadap smartphone lain.
Didirikan
oleh entrepreneur teknologi
Sebagian
tim developer Fira OS
Dian menceritakan bahwa Fira OS mulai
didiskusikan sejak November 2014. Lalu mulai masuk ke tahap pengembangan pada
Maret 2015, hingga akhirnya resmi disematkan pada smartphone Polytron
awal tahun 2016. Saat ini tim pengembang Fira OS terdiri dari dua bagian utama.
Tim pertama adalah 15 orang developer yang bertugas mengembangkan sistem Fira
OS, sedangkan tim kedua adalah 10 orang desainer yang bertugas mengembangkan
antar muka dari Fira OS.
Menyinggung sedikit tentang sosok Dian dan
Roberto sebagai pendiri PT. Fira Makmur Indonesia. Sebelum mendirikan Fira OS,
Dian bisa dibilang merupakan seorang serial entrepreneur teknologi dari
tahun 1996. Ia sempat bekerja sebagai COO di Nexian, salah satu produsen ponsel
lokal. Kemudian ia menjadi Co-Founder dari M-Saku, sistem pembayaran online
untuk perangkat mobile. Di lain sisi, Roberto merupakan seorang entrepreneur
yang dididik dan dibesarkan di keluarga entrepreneur. Singkat cerita,
saat ia bergabung dengan Polytron sebagai Business Development di bagian divisi
mobile. “Saya bertemu dengan Dian dan Izak. Akhirnya kami memutuskan
untuk membuat sesuatu yang belum pernah dikembangkan oleh produsen smartphone
lokal,” ungkap Roberto.